Opini - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah menjadi topik yang hangat dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir. AI bukan lagi sekadar wacana futuristik, melainkan sudah hadir dan terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari aplikasi asisten virtual, rekomendasi belanja online, hingga otomasi industri. Perubahan ini tentu membawa banyak manfaat, tetapi di sisi lain menimbulkan kekhawatiran besar, khususnya mengenai nasib lapangan kerja di masa depan. Pertanyaan yang kerap muncul adalah: apakah AI akan menciptakan lebih banyak peluang baru, atau justru menghapus sebagian besar pekerjaan manusia?

Ditulis Oleh : Zainudin, S.Kom., M.Kom


AI dan Perubahan Dunia Kerja

AI memiliki kemampuan untuk memproses data dalam jumlah besar, mengenali pola, serta mengambil keputusan secara lebih cepat dibandingkan manusia. Di sektor industri, teknologi ini digunakan untuk otomatisasi lini produksi, meminimalisasi kesalahan, dan meningkatkan efisiensi. Di sektor jasa, AI hadir dalam bentuk chatbot layanan pelanggan, sistem analitik keuangan, hingga platform perekrutan tenaga kerja berbasis algoritma.

Dampaknya jelas: banyak pekerjaan rutin yang sebelumnya memerlukan tenaga manusia kini dapat digantikan oleh mesin pintar. Misalnya, operator telepon, kasir di pusat perbelanjaan, atau petugas administrasi dengan tugas berulang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya pekerjaan bagi jutaan orang di seluruh dunia.

Namun, sejarah menunjukkan bahwa setiap revolusi industri, meski sempat mengguncang, pada akhirnya tetap membuka jenis pekerjaan baru. Perubahan besar yang dipicu oleh AI kemungkinan akan mengikuti pola serupa, dengan syarat manusia mampu beradaptasi.

 

Pekerjaan yang Terancam

Tidak dapat dipungkiri, pekerjaan yang sifatnya rutin dan berulang merupakan yang paling rentan digantikan AI. Beberapa contoh antara lain:

  1. Manufaktur: Robot cerdas sudah banyak digunakan untuk merakit kendaraan, mengemas produk, dan melakukan kontrol kualitas.
  2. Transportasi: Dengan berkembangnya kendaraan otonom, profesi sopir taksi, truk, maupun logistik berpotensi tergantikan.
  3. Layanan dasar: Kasir, petugas tiket, hingga call center konvensional semakin digantikan oleh mesin otomatis dan chatbot.

Kondisi ini menuntut para pekerja untuk memikirkan ulang keahlian yang mereka miliki. Keterampilan manual yang tidak disertai inovasi dan kemampuan analisis akan semakin terpinggirkan.

Pekerjaan Baru yang Tercipta

Meskipun demikian, tidak semua dampak AI bersifat negatif. Justru di balik hilangnya pekerjaan lama, akan tercipta jenis pekerjaan baru yang bahkan sebelumnya tidak pernah kita bayangkan.

  1. Pengembang dan pakar AI: Kebutuhan akan insinyur perangkat lunak, data scientist, dan peneliti AI meningkat tajam.
  2. Spesialis etika dan hukum AI: Dengan semakin luasnya pemakaian AI, dibutuhkan regulasi dan pakar etika untuk mengatur penggunaannya.
  3. Profesi kreatif: Konten digital, seni berbasis teknologi, dan inovasi produk menjadi lahan yang tidak bisa sepenuhnya digantikan mesin.
  4. Pekerjaan layanan berbasis empati: Bidang pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial tetap membutuhkan sentuhan manusia, meski terbantu oleh teknologi.

Dengan kata lain, masa depan pekerjaan bukanlah tentang hilang atau bertambahnya lapangan kerja, melainkan tentang pergeseran ke arah yang berbeda.

Tantangan Adaptasi

Yang menjadi tantangan besar adalah bagaimana menyiapkan tenaga kerja agar mampu beradaptasi dengan perubahan ini. Pendidikan dan pelatihan harus bergerak cepat, tidak lagi berorientasi semata pada hafalan atau keterampilan teknis yang usang, tetapi lebih pada kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, serta literasi digital.

Pemerintah, perguruan tinggi, dan dunia industri perlu bekerja sama dalam menyediakan program upskilling dan reskilling. Misalnya, seorang kasir yang pekerjaannya digantikan mesin dapat dilatih menjadi analis data penjualan atau pengelola platform e-commerce.

Selain itu, penting juga mengembangkan sikap mental yang adaptif. Di era AI, bukan sekadar keterampilan teknis yang dibutuhkan, tetapi juga kemampuan untuk terus belajar sepanjang hayat (lifelong learning).

AI sebagai Mitra, Bukan Ancaman

Dalam melihat AI, kita sebaiknya tidak hanya terjebak pada narasi ancaman. AI harus dipandang sebagai mitra yang membantu manusia dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup. Teknologi ini dapat mengambil alih tugas-tugas berat, berulang, atau berisiko tinggi, sementara manusia dapat lebih fokus pada hal-hal strategis, kreatif, dan penuh empati.

Contohnya di bidang kesehatan, AI dapat membantu menganalisis hasil radiologi dengan cepat dan akurat, tetapi keputusan akhir mengenai pasien tetap ada pada dokter. Begitu juga di bidang pendidikan, AI bisa memberikan materi pembelajaran adaptif, tetapi peran guru sebagai pembimbing dan inspirator tidak tergantikan.

Penutup

AI adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Seperti halnya listrik atau internet, teknologi ini akan terus berkembang dan semakin mendominasi kehidupan manusia. Tantangan utama bukan pada “apakah pekerjaan akan hilang”, melainkan “bagaimana kita mempersiapkan diri menghadapi perubahan itu”.

Jika dikelola dengan bijak, AI justru akan membuka lebih banyak kesempatan untuk menciptakan pekerjaan baru, meningkatkan kualitas hidup, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, jika kita lengah dan tidak siap, AI bisa menjadi pemicu kesenjangan sosial yang lebih lebar.

Maka dari itu, penting bagi semua pihak – pemerintah, dunia usaha, akademisi, hingga masyarakat – untuk berkolaborasi dalam mempersiapkan masa depan tenaga kerja yang tangguh dan adaptif. AI bukanlah musuh, melainkan alat bantu yang akan semakin memperkaya potensi manusia.

 

Referensi Jurnal :

  • Rizky Putra, Sularno &, Zulfahmi “Analisis Dampak Kecerdasan Buatan terhadap Transformasi Lapangan Kerja: Studi Literatur Sistematis “ Jurnal Sistem Informasi Dan Informatika, 3(2). 70-74.
  • L. Hadi Adha, Zaeni Asyhadie, Rahmawati Kusuma (2020)  “INDUSTRIAL DIGITALIZATION AND ITS IMPACT ON LABOR AND EMPLOYMENT RELATIONSHIPS IN INDONESIA” Jurnal Kompilasi Hukum Volume .(Volume 5 No. 2)
  • Rendra Kurniawan & Muhammad Yasin .( 2025).” Dampak Revolusi Industri 4.0 Terhadap Kesiapan Indonesia” Jurnal Riset dan Publikasi Ilmu Ekonomi, (Volume. 3, Nomor. 1 .)195-205
  • Triana Fadhillah Wardah , Novalina Putri & Eriene Dheanda Absharina “ PENGARUH KECERDASAN BUATAN (AI) TERHADAP MASADEPAN: PELUANG, TANTANGAN  DAN IMPLIKASI SOSIAL-EKONOMI “ Jurnal Multidisiplin Inovatif.  9 (6)  

Referensi elektronik

·    ·         Salima Benhamou , “Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Pekerjaan” ,  Revue d'économie industrielle [Online], 169 | Kuartal 1 tahun 2020, terbit tanggal 5 Januari 2023 , diakses tanggal 1 Oktober 2025. URL :  http://journals.openedition.org/rei/8727; DOI  : https://doi.org/10.4000/rei.8727 (Aman)

Post a Comment

أحدث أقدم